Mana yang lebih sedih dari meninggalkan rumah dan tahu bahwa esok nggak akan pernah bisa pulang lagi?
Selamat malam
pemeluk kenangan!
Di malam yang
lumayan dingin ini aku mau sedikit cerita tentang kisah-kisah konyol bin ngga
pentingku selama KKN sekitar sebulan yang lalu. Maaf kalau nanti endingnya
bakalan sok pujangga kesasar dunia lain. Atau nanti endingnya bakal kayak
dongeng cerita rakyat bawang merah bawang putih. Maaf banget.
Sebenernya males
banget nulis, tapi dari pada dipendem, nanti malah timbul jerawat di mana-mana
dan akhirnya aku ditinggalin banyak orang, terus aku kesepian sendirian nangis
di pojokan. Dasar jerawat bangke! Lah? Jerawat apa bangke? Apa bangke punya
jerawat? Apa kamu punya aku? #eh gimana.
Oke yuk mari serius.
Narik napas~
Ada tempat di mana
kamu mau menyebutnya rumah, tapi bahkan kamu nggak akan pernah bisa pulang
semaumu. Dan keluarga dari tempat yang mau kau sebut rumah itu benar-benar berbatas
waktu. Mereka ada. Mereka menyayangi. Mereka memeluk ketakutanmu. Mereka
tersenyum pada setiap bahagiamu. Mereka keluarga. Keluarga yang hadir di ambang
waktu yang nggak bisa kamu kekalkan. Rumahmu, Posko KKNmu. Keluargamu, teman
KKNmu.
Jika diingat
kembali. Pertama kali datang dengan malu campur takut, tangan kecilmu mengetuk
pintu bercat coklat tua. Mengendap-endap di lantai keramik merah bercorak
coklat. Pandanganmu memutar kesegala arah, berharap seorang berwajah teduh
dengan senyum hangatnya keluar dari balik pintu bercat coklat tua itu.
Belakangan kau sebut ia ‘Budhe’.
“Mungkin Budhe
tidur.” Karna sadar matahari sudah berjalan tepat di atas kepala. Dimana
manusia sedang lelah-lelahnya.
Hari ini Jum’at.
Dengan segala penat yang telah kamu lalui di sekolah. Kamu tahu bekal nasi yang
sempat kamu beli di kantin sekolah tadi sudah sangat menyiksa perut kosong dan
lelahmu. Tapi pintu tak kunjung berderit karena sengaja dibuka oleh seseorang
yang wajahnya belum kekal dalam ingatmu.
Tetiba pintu terbuka.
Senyumnya yang hangat segera saja tertuju padamu dan temanmu yang sedari tadi
duduk terdiam di teras. Wajahnya penuh gurat kasih sayang yang selama ini ia
curahkan untuk perjalanan hidupnya yang panjang. Mempersilakanmu masuk.
Menemanimu berbincang sebentar. Dan ia dengan segala pengertiannya membiarkanmu
untuk berbaring dan memejamkan mata sejenak, di kamar depan. di kamar yang
kelak selama dua bulan ke depan akan penuh dengan canda tawa, drama
marah-marahan, lagu cinta yang berputar-putar di ambang udara, kejahilan yang
tiada henti kau hadapi, cerita-cerita hangat, kelaparan, kekenyangan, ngantuk,
sakit, lelah, penat dan yang terakhir kesedihan yang dengan susah payah kau
sembunyikan dari yang lain.
Lalu. DUA bulan
berlalu cepat. Bukan ia yang akan muncul dari balik pintu bercat coklat tua itu.
Tapi, Kini kau sendiri yang sudah tanpa malu dan takut, membuka pintu bercat coklat
itu dengan kunci yang telah dipercayakannya padamu.
Kini kau sudah tak
harus mengendap-endap di lantai keramik merah bercorak coklat itu. Pun, kini
kau sudah melupakan kebiasaanmu, melempar Pandang memutar kesegala arah,
berharap seorang berwajah teduh dengan senyum hangatnya keluar dari balik pintu
bercat coklat tua itu.
Kadang kamu harus tahu
satu hal. Pada setiap mimpi yang paling indah pun, kau harus tetap bangun. Dan
melanjutkan hidup.
JIKA, ada tempat di
mana kamu mau menyebutnya rumah, tapi bahkan kamu nggak akan pernah bisa pulang
semaumu. Dan keluarga dari tempat yang mau kau sebut rumah itu benar-benar
berbatas waktu. Dimana Mereka ada. Dimana Mereka menyayangimu. Dimana Mereka
memeluk ketakutanmu. Dimana Mereka tersenyum pada setiap bahagiamu. Mereka
keluarga. Keluarga yang hadir di ambang waktu yang nggak bisa kamu kekalkan.
ADALAH MIMPI YANG INDAH. Kini cobalah untuk membungkusnya dengan sebaik-baiknya
bungkus. Simpanlah dengan rapi. Dan sesekali bukalah untuk sekedar tersenyum
sambil berurai air mata. LALU BANGUNLAH. HARI SUDAH TERLALU PAGI :)
Jika selama dua
bulan terakhir di setiap Jum’at, Sabtu, dan Minggu-mu adalah mimpi panjang yang
indah, maka kenangkanlah dengan sebaik-baiknya kenangan. Sampai jumpa kasih
sayang!
DAN, Mana yang lebih sedih dari meninggalkan rumah dan tahu bahwa esok nggak akan pernah bisa pulang lagi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar