Minggu,09Oktober

Seuntai Kisah dari Tempat (yang tak sanggup) Kusebut Rumah



Mana yang lebih sedih dari meninggalkan rumah dan tahu bahwa esok nggak akan pernah bisa pulang lagi?


Selamat malam pemeluk kenangan!

Di malam yang lumayan dingin ini aku mau sedikit cerita tentang kisah-kisah konyol bin ngga pentingku selama KKN sekitar sebulan yang lalu. Maaf kalau nanti endingnya bakalan sok pujangga kesasar dunia lain. Atau nanti endingnya bakal kayak dongeng cerita rakyat bawang merah bawang putih. Maaf banget.

Sebenernya males banget nulis, tapi dari pada dipendem, nanti malah timbul jerawat di mana-mana dan akhirnya aku ditinggalin banyak orang, terus aku kesepian sendirian nangis di pojokan. Dasar jerawat bangke! Lah? Jerawat apa bangke? Apa bangke punya jerawat? Apa kamu punya aku? #eh gimana.

Oke yuk mari serius. Narik napas~

Ada tempat di mana kamu mau menyebutnya rumah, tapi bahkan kamu nggak akan pernah bisa pulang semaumu. Dan keluarga dari tempat yang mau kau sebut rumah itu benar-benar berbatas waktu. Mereka ada. Mereka menyayangi. Mereka memeluk ketakutanmu. Mereka tersenyum pada setiap bahagiamu. Mereka keluarga. Keluarga yang hadir di ambang waktu yang nggak bisa kamu kekalkan. Rumahmu, Posko KKNmu. Keluargamu, teman KKNmu.

Jika diingat kembali. Pertama kali datang dengan malu campur takut, tangan kecilmu mengetuk pintu bercat coklat tua. Mengendap-endap di lantai keramik merah bercorak coklat. Pandanganmu memutar kesegala arah, berharap seorang berwajah teduh dengan senyum hangatnya keluar dari balik pintu bercat coklat tua itu. Belakangan kau sebut ia ‘Budhe’.
“Mungkin Budhe tidur.” Karna sadar matahari sudah berjalan tepat di atas kepala. Dimana manusia sedang lelah-lelahnya.

Hari ini Jum’at. Dengan segala penat yang telah kamu lalui di sekolah. Kamu tahu bekal nasi yang sempat kamu beli di kantin sekolah tadi sudah sangat menyiksa perut kosong dan lelahmu. Tapi pintu tak kunjung berderit karena sengaja dibuka oleh seseorang yang wajahnya belum kekal dalam ingatmu.

Tetiba pintu terbuka. Senyumnya yang hangat segera saja tertuju padamu dan temanmu yang sedari tadi duduk terdiam di teras. Wajahnya penuh gurat kasih sayang yang selama ini ia curahkan untuk perjalanan hidupnya yang panjang. Mempersilakanmu masuk. Menemanimu berbincang sebentar. Dan ia dengan segala pengertiannya membiarkanmu untuk berbaring dan memejamkan mata sejenak, di kamar depan. di kamar yang kelak selama dua bulan ke depan akan penuh dengan canda tawa, drama marah-marahan, lagu cinta yang berputar-putar di ambang udara, kejahilan yang tiada henti kau hadapi, cerita-cerita hangat, kelaparan, kekenyangan, ngantuk, sakit, lelah, penat dan yang terakhir kesedihan yang dengan susah payah kau sembunyikan dari yang lain.

Lalu. DUA bulan berlalu cepat. Bukan ia yang akan muncul dari balik pintu bercat coklat tua itu. Tapi, Kini kau sendiri yang sudah tanpa malu dan takut, membuka pintu bercat coklat itu dengan kunci yang telah dipercayakannya padamu.

Kini kau sudah tak harus mengendap-endap di lantai keramik merah bercorak coklat itu. Pun, kini kau sudah melupakan kebiasaanmu, melempar Pandang memutar kesegala arah, berharap seorang berwajah teduh dengan senyum hangatnya keluar dari balik pintu bercat coklat tua itu.

Kadang kamu harus tahu satu hal. Pada setiap mimpi yang paling indah pun, kau harus tetap bangun. Dan melanjutkan hidup.

JIKA, ada tempat di mana kamu mau menyebutnya rumah, tapi bahkan kamu nggak akan pernah bisa pulang semaumu. Dan keluarga dari tempat yang mau kau sebut rumah itu benar-benar berbatas waktu. Dimana Mereka ada. Dimana Mereka menyayangimu. Dimana Mereka memeluk ketakutanmu. Dimana Mereka tersenyum pada setiap bahagiamu. Mereka keluarga. Keluarga yang hadir di ambang waktu yang nggak bisa kamu kekalkan. ADALAH MIMPI YANG INDAH. Kini cobalah untuk membungkusnya dengan sebaik-baiknya bungkus. Simpanlah dengan rapi. Dan sesekali bukalah untuk sekedar tersenyum sambil berurai air mata. LALU BANGUNLAH. HARI SUDAH TERLALU PAGI :)

Jika selama dua bulan terakhir di setiap Jum’at, Sabtu, dan Minggu-mu adalah mimpi panjang yang indah, maka kenangkanlah dengan sebaik-baiknya kenangan. Sampai jumpa kasih sayang!


DAN, Mana yang lebih sedih dari meninggalkan rumah dan tahu bahwa esok nggak akan pernah bisa pulang lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

copyright © 2025. all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com