Kepada mimpi yang timbul tenggelam
Sebab apa-apa yang telah atau hendak diupayakan manusia
hanyalah sepersekian persen dari kuasa Tuhan.
Karena, hati dan perasaan manusia barangkali memang
berbilik-bilik. Ada satu sisi yang teramat dalam meresa kecewa. Ada sisi lain
yang merasa bahagia berlebih. Ada sisi yang diam-diam terisak sedih. Ada satu
sisi pula yang kokoh dan terkadang timbul tenggelam di sana. Barangkali mimpi?
Barangkali motivasi?
Bagaimana ini?
Bahkan aku entah merasa apa sekarang. Putus asa... entah sisi
yang mana dari perasaanku yang merasa terluka.
Aku hanya diam dan pura-pura sanggup menerima takdir Tuhan
kali ini. Tapi sungguh, bukankah yang tak terlihat itu jauh lebih penting dari
apa-apa yang terlihat?
Jika aku sedikit saja terlihat panik, barangkali ia semakin
sesak tercekik mimpinya yang timbul tenggelam sesukanya. Jika aku sedikit saja
terlihat menyerah, barangkali ia semakin letih dan resah menatap tumpukan buku
yang beberapa hari kupinjamkan :3
Aih, hidup ini...
Ada yang teramat percaya pada mimpinya yang suka timbul
tenggelam seenaknya, tapi tak mencapainya. Barangkali karena memang belum
saatnya, masih banyak jalan *tenaglah*. Ada yang bahkan tak melirik mimpinya
yang suka timbul tenggelam seenaknya, tapi dengan mudah mencapainya. Ya gitu,
hidup...
Begini saja, sederhana. Sangat sederhana, sebab apa-apa yang
telah atau hendak diupayakan manusia hanyalah sepersekian persen dari kuasa
Tuhan.
Aku merasa agak kurang bersyukur kepada Allah. Barangkali
bukanya lebih giat memperbaiki diri, aku malah lebih giat mengejar yang semu.
Barangkali aku harus diingatkan untuk selalu memperbaiki segala tingkah dan
laku dalam menjalani hidup di dunia ini. Bahwa, tak ada satupun kuasa yang
lebih kuasa dari pada kuasa Allah.
Aku hanya...sedikit. ah, aku hanya merasa banyak, sangat
banyak merasa gagal membimbingnya. Dan oleh karenannya senja ini aku hanya
pura-pura diam dan pasrah menerima takdir Tuhan. Sedangkan, ya, hatiku teramat
merasa kesakitan... sebab aku merasa sangat tak berguna.
Oh ya, kata-kata Bapak masih sama seperti dua tahun silam “nggak
usah kerja, bapak masih sanggup kalau Cuma ngurusin kamu. Fokus belajar. Gagal
ya coba lagi. gagal lagi ya coba lagi”. Kira-kira kayak gitu...
Dari pada menangis dan merasa malu setelahnya, aku lebih suka
menulis. Sebab itulah yang membuatku rajin mengomel seperti ibu-ibu di
tanggal-tanggal tua di sebuah tulisan. Sungguh melegakan....
Semoga esok, aku menjadi kakak yang lebih berguna lagi. Itu
saja.. SEMANGART!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar