Selamat
pagi generasi yang lebih banyak memperhatikan postingan instagram orang lain
dari pada memperhatikan hidup sendiri! *panjang ya~
Gimana
kabarnya?
Masih
sehat? Atau, sudah memasuki masa dimana kamu ribut membandingkan kenestapaanmu
dengan kebahagiaan orang lain?
Ehehehe,
semoga sehat ya? :))
Sepagi
ini aku mau ngomong ngalor ngidul, random talk, aja deh. Yuk mulai..
Jangan
Gampang Iri, karena Hidup adalah Jalan Masing-Masing
“Skripsiku
lama banget kelar karena dosenku emang ngeselin. Apes banget aku.”
“Ah
dunia ini nggak adil banget. Temenku udah ada yang mau wisuda, aku masih berhenti
di dosen-mana-yang-cocok-buat-aku.”
Sering
lihat atau denger keluh kesah teman-teman kamu semacam itu? Berarti kamu memang sudah
memasuki umur yang tiap hari minggu sering ke kondangan nikahan temen, haha! ((It’s okay! Jangan merasa
minder, karena ketika banyak temen nikah, dan kita masih sekolah. Karena hidup
itu pilihan, ada yang memilih nikah muda. Ada yang memilih ‘tunggu dulu deh,
tahan dulu. Aku harus berjuang dulu’ di usia muda. Kembali lagi, hidup memang
jalan masing-masing))
Kembali
ke topik.
Sebenarnya
keluhan-keluhan tersebut adalah karena
rasa IRI yang diakui atau tidak diakui dirasakan oleh orang yang berkeluh kesah
*eh, gimana kalimatnya? :3
Katanya
“Hidup sudah Ada yang ngatur. Rizki sudah ditakar dengan sebaik-baiknya oleh Yang Maha Kuasa,
rata untuk semua manusia.”
Tapi
tidak sedikit orang yang masih menyalahkan keadaan. Masih sering menyalahkan
orang lain. Masih sering mencari-cari kambing hitam atas apa-apa yang menimpanya. Duh!
Harusnya,
logikanya kan setiap apa-apa
yang menimpa diri seorang manusia adalah murni karena dirinya sendiri. Tentu
saja atas ijin Tuhan.
Kalau
gitu kenapa nggak menyalahkan diri sendiri aja? Kenapa malah sibuk nyalahin
keadaan? Kenapa malah sibuk marah ke orang?
Coba
kalau setiap orang yang tertimpa kesusahan menyadari bahwa semua adalah jalan
yang memang harus dia lewati. Setelah sadar diri, cari apa yang salah. Setelah
itu cari penyelesaiannya. Dan akhirnya bakalan nemu jawaban “Oh iya, kemarin
aku begini karena aku kurang begini” “Wah ternyata aku memang kurang ini”
Sementara
kalau hobinya memang sibuk nyalahin orang lain, maka sampai kapanpun dia nggak
akan berkembang. Nggak akan tahu letak salahnya dia di mana. Nggak akan tahu
gimana caranya memperbaiki kesalahannya. Ya, karena emang bagi dia, dia udah
bener. Dan orang lainlah yang salah, dan keadaanlah yang salah. huufftt~
Gampang
ya nulisnya? Hahaha prakteknya? Ya coba aja! Toh kalau Cuma banyak teori ya
buat apa?
Aku
pun, masih sering mengalami. Makanya tiap nulis pasti aku tujukan untuk diri sendiri.
Pengingat :D
Yang
terakhir.
Aku
pernah baca postingan di media sosial seseorang (?). yang waktu aku baca langsung merinding dari
ujung pala sampai kaki *alay*.. ahaha yang kurang lebih gini:
“Ada orang yang skripsi lancar, cepet lulus, tapi setelah lulus nggak tau mau ngapain. Lama nggak dapet kerjaan. Sementara ada orang yang skripsinya agak lama, dosen ngeselin, lulusnya agak lama. Tapi setelah lulus langsung dapet keraja yang bagus. Dan ada orang yang lulusnya lama, tapi sebelum lulus dia udah ‘mengantongi’ pekerjaan yang menjanjikan. Atau, ada orang yang lulusnya emang agak lama, tapi setelah lulus langsung lolos beasiswa S2.”
Dari
ilustrasi tersebut (yang
lagi-lagi tentang skripsi, maap) bisa
diambil hikmah yang besar ya?
Memang
benar, hidup adalah perkara masing-masing. Hidup adalah jalan yang mau tidak mau
harus ditempuh oleh setiap orang. Dan kamu nggak bisa selamanya menggantungkan
perkara hidupmu ini pada orang lain. Dan kamu juga nggak bisa selamanya menyalahkan
keadaan. Apa memang sebegitu menyerahkah kamu sama hidup?
Sampai-sampai kamu
menggantungkan ‘rasa bahagia’mu sama orang lain? Maksudnya, apa-apa nyalahin orang lain. Dikit-dikit mengutuk nasip. Hmmm
Jadi,
dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa memang nggak semua orang mengalami
nasib bahagia yang sama persis. Tapi rata. Tapi indah. Tapi seimbang. Namanya juga
hidup!
Tuhan
Maha Adil.
Tinggal
dari diri kita sendiri mau menyikapi setiap keadaan yang sedang menimpa dengan
bagaimana.
Ingat
ya, apapun yang sedang kamu alami, selalu katakan “I choose to be happy!”
Percayalah
Allah sudah mengatur jalan hidup kita dengan sebaik-baiknya jalan. So, banyak
bersyukur. Tetap semangat berjuang. Jangan pantang menyerah. Dan, jangan iri
sama orang lain, sibuklah memperbaiki diri sendiri.
Nah.
Oke. Segitu aja kali ya. Semoga yang nggak sengaja baca, atau sengaja baca,
hidupnya selalu bahagia. Hahaha ((huge hug))